Jumat, 07 Maret 2014

Kontroversi Sejarah Valentine’s Day



Ketika bulan Januari sudah sampai di pertengahan, hiasan warna pink dan biru muda sudah merebak ke mana-mana, mulai dari pusat-pusat perbelanjaan, cafe, toko buku, majalah, internet, TV dan pusat-pusat hiburan lain. Di sekolah-sekolah para remaja sedang asyik meren¬canakan acara malam Valentine's Day 14 Februari yang mereka kenal sebagai hari kasih sayang. Segala keperluan telah dipersiapkan dengan matang untuk menyambut Valentine's Day dengan sang kekasih. Mereka merayakannya tanpa mau berfikir panjang apa itu Valentine's Day? Mereka menganggap Valentine's Day sama seperti halnya Hari Ibu, Hari Pahlawan dan Hari Kartini. Sebuah peringatan yang tidak mengandung muatan religius. Benarkah demikian? Apa sesungguhnya Valentine's Day itu? Dari mana budaya itu berasal? Bagaimana hukumnya bagi seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan Valentine's Day?
Asal Usul Valentine’s Day
Dalam menelusuri sejarah Valentine’s Day, para sejarawan masih belum islah tentang asal usulnya. Ada banyak versi yang menceritakan tentang asal usul perayaan Valentine’s Day yang jatuh pada !4 Februari. Tentang ketidak jelasan sejarah Valentine’s Day ini telah diakui oleh Hj. Irena Handono (Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center, Pimpinan Umum Gerakan Muslimat Indonesia) dalam tulisannya yang berjudul “Valentin, Strategi Jajah Muslim Murah.” Dia menulis, “Valentine's Day adalah ber¬asal dari budaya Barat. Siapa Valentine? Tidak ada kepastian siapakah, bahkan sejarah pastinya pun tidak jelas. Ada banyak versi tentang asal perayaan Hari Valen¬tine, yang paling populer adalah kisah SantoValentinus yang hidup di masa Kaisar Claudius II dan kemudian menemui ajalnya pada 14 Februari 269.”
Setidaknya ada lima versi dari sejarah yang menceritakan tentang Valentine’s Day. Antara satu dengan yang lainnya ada yang saling menguatkan karena adanya korelasi. Akan tetapi, dalam hal ini, sumber yang dianggap lebih kuat adalah kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajalnya pada tanggal 14 Februari 269/270 M.
Histori Pertama:
Menurut catatan kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion yang dipersembahkan untuk pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Antara Dewa Zeus dan Hera ini memiliki hubungan darah. Yaitu hubungan kakak-beradik.
Menurut suatu cerita, bila melihat langit-langit di Vatikan, maka akan terdapat terdapat lukisan Dewa Zeus dan Hera yang sedang melakukan hubungan intim layaknya suami-istri. Di samping keduanya ini terdapat gambar malaikat kecil bersayap putih yang membawa panah. Hal ini menggambarkan adanya beberapa malaikat di samping Dewa Zeus dan Hera yang sedang melakukan hubungan seks? Ini menandakan, hubungan intim kakak-beradik (incest) itu seolah-olah mendapat restu dan berkah dari para malaikat.
Memasuki zaman Romawi Kuno, Dewa Lupercus melakukan ritual pensucian dari kutukan, kemalangan, dan kemandulan. Mengenai Dewa Lupercus ini merupakan sosok laki-laki muda yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian kulit domba.
Di Roma kuno, 15 Februari merupakan hari Perayaan Lupercalia (Feast of Lupercalia) yang diselenggarakan untuk menghormati Dewa Lupercus yang merupakan Sang Dewa Kesuburan. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian yang berlangsung dari tanggal 13-18 Februari yang puncaknya adalah tanggal 15. Dua hari pertama (13 dan 14) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada 15 Februari, orang-orang Romawi kuno meminta perlindungan kepada Dewa Lupercus dari gangguan srigala. Selama upacara ini, pemuda-pemuda melecuti orang dengan kulit binatang. Para wanita berebut untuk dilecut karena adanya anggapan lecutan itu akan membuat keberkahan pada mereka. Yaitu, mereka akan menjadi lebih subur. Sungguh suatu ceremonial yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Untuk merayakan hari Lupercalia, ada sebuah moment penting yang digandrungi oleh pemuda-pemudi. Di dalam acara tersebut telah berkumpul para gadis yang menuliskan nama-namanya ke dalam secarik kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bejana atau kotak. Lalu, dilanjutkan dengan para pemuda yang mengundi dirinya untuk mengambil nama-nama gadis tersebut secara acak. Gadis yang namanya diambil oleh pemuda, maka akan menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-¬senang dan menjadi objek hiburan oleh sang pemuda yang memilihnya. Jika di antara mereka ada kecocokan, maka mereka akan melanjutkannya ke pelaminan. Akan tetapi kalau tidak ada kecocokan, maka tahun berikutnya mereka bisa berganti pasangan.
Histori Kedua :
The Catholic Encyclopedia Vol. XV telah menuliskan ada tiga nama Valentine yang mati pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud. Juga kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena setiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Ketiga tokoh yang dianggap martir itu adalah :
  1. 1. Seorang pastor di Roma
  2. 2. Seorang uskup Interamna (modern Terni)
  3. 3. Seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Pertama, St. Valentine adalah seorang pastor yang bernama Valentino. Dia mati pada 14 Februari 269 karena eksekusi dari Raja Romawi. Yaitu, Kaisar Claudius II (265-270). Valentino ini telah menentang ketetapan kaisar yang melarang kaum pemuda untuk menikah karena urusan kemiliteran. Sebab, bagi Kaisar Claudius II tentara muda bujangan itu lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan dari pada orang yang sudah menikah.
Kedua, Valentine seorang uskup di Roma yang berani menentang Raja Claudius II. Ketika dia ditanya tentang Atharid, Tuhan perdagangan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter, Tuhan orang Romawi yang terbesar, maka dia menjawab kalau tuhan-tuhan tersebut adalah buatan manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih. Kemudian dia mati karena dibunuh utusan raja sebab dianggap menganut agama yang bersebrangan dengan agama kerajaan. Oleh gereja, Valentine dianggap sebagai orang suci. Dia tewas pada pertengahan abad ke-3 Masehi dan lalu dikubur di Via Flaminia. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah gereja kecil di Roma. Ada sebuah gerbang di Roma yang disebut Gerbang Flaminian atau yang sekarang disebut Porta del Polopo. Dahulu, tempat itu disebut sebagai Gerbang St. Valentine.
Ketiga, seorang yang meninggal dan dianggap sebagai martir. Peristiwa ini terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi. Meninggal pada pertengahan abad ke-3 Masehi. Dia juga bernama Valentine. Kisah, yang terakhir ini tambah tidak jelas asalnya.
Koneksi antara ketiga martir di atas dengan hari Valentine’s Day yang penuh dengan cinta romantis ini masih tidak jelas. Karena simpang siurnya mengenai ketiga mertir ini, Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Namun tanggal 14 Februari masih ditetapkan sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. Sehingga sejak itu pula secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari” (The World Encylopedia 1998).
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama Katolik Roma mengadopsi upacara Lupercalia dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain cara yang digunakan yaitu dengan mengganti nama-nama dewa dan dewi yang berkaitan dengan hari Lupercalia digantinya dengan nama-nama Paus atau Pastor. Hal ini mendapat dukungan dari Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Saat dilakukan penggalian artefak atas sisa-sisa kerangka dari makam “Santo Hyppolytus” dekat Roma, ada jenazah yang diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus yang kemudian diletakkan dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja “Whitefriar Street Carmelite Church” di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada pihak gereja oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Dengan adanya jenazah St. Valentinus ini telah membuat animo para wisatawan untuk datang berziarah ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church pada waktu perayaan Valentine’s Day, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi yang khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine ini telah dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya masih dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun, pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Saat ini, Gereja Katolik menjadikan 14 Februari sebagai hari Peringatan Wajib (Memoria Obligatoria) untuk Santo Metodius dan Santo Sirilus. Sedangkan hari Santo Valentinus tidak lagi dimasukkan dalam Calendarium Sanctorale (Kalender Liturgi). Sejak pembaharuan liturgi tahun 1969, St. Valentinus tidak lagi dimasukkan namanya ke dalam Kalender Liturgi Gereja Universal. Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) juga tidak memasukkan nama Santo Valentinus ke dalam Kalender Liturgi yang berlaku lokal di Indonesia.
Histori Ketiga :
Hubungan Valentine’s Day dengan cinta romantis pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis telah dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada sebuah karya milik sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
“For this was sent on Seynt Valentyne’s day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya)” Pada zaman itu, bagi para pencinta sudah menjadi lazim untuk bertukaran catatan pada hari Valentine dan memanggil pasangan Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London.
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitannya langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika The Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).
Histori Keempat :
St. Valentine merupakan seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius II yang terkenal diktator. St. Valentine sangat membenci kaisar tersebut. Kaisar Claudius II ini mempunyai ambisi untuk memiliki pasukan militer yang besar. Ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamnya.
Sayangnya, keinginan Kaisar Claudius II ini tidak mendapat respon dan dukungan dari rakyatnya. Para pria enggan terlibat dalam peperangan disebabkan mereka tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Kaisar Claudius II marah. Lalu dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide yang tidak lumrah. Kaisar Claudius II berfikir bahwa jika pria tidak menikah, maka mereka akan senang hati untuk bergabung dengan militernya. Lalu Kaisar Claudius II melarang adanya pertunangan dan pernikahan untuk rakyat Romawi. Pasangan muda-mudi saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karena ketidak logisan keputusan Kaisar Claudius II, maka St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendeta bersama-sama dengan seorang pendeta lain bernama Marius dengan menikahkan pasangan muda-mudi yang telah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui juga oleh Kaisar Claudius II yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Hingga suatu ketika, St. Valentine tertangkap basah telah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun St. Valentine bernasib malang. Dia telah tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Bukannya dihina oleh orang-orang, akan tetapi St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara di mana dia ditahan.
Salah satu dari orang-orang yang menghormati dan mengagumi St. Valentine selama di penjara adalah putri sipir penjara sendiri. Asterius mengizinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka berdua berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Dalam sebuah redaksi lain ada sebuah teks yang mengatakan, “Sambil menunggu hukuman di penjara, Valentine didekati oleh kepala penjara nya, Asterius. Dikatakan bahwa Valentine memiliki beberapa kemampuan suci dan salah satu dari mereka diberikan kekuatan untuk menyembuhkan orang. Asterius memiliki seorang putri buta dan mengetahui dari kekuatan ajaib Valentine ia meminta kedua untuk mengembalikan penglihatan putri buta. Legenda Katolik mengatakan bahwa Valentine melakukan ini melalui kendaraan iman yang kuat, fenomena disangkal oleh versi Protestan yang setuju dinyatakan dengan satu Katolik. Apapun fakta, tampak bahwa Valentine dalam beberapa cara tidak berhasil untuk membantu putri buta Asterius.”
Sementara itu, persahabatan yang mendalam telah terbentuk antara Valentine dan putri Asterius. Hal ini menyebabkan kesedihan besar untuk gadis muda untuk mendengar kematian teman dekatnya. Dikatakan bahwa sebelum eksekusi, Valentine meminta pena dan kertas dari kepala penjara, dan menandatangani pesan perpisahan padanya "From Your Valentine (Dari Valentine Anda)" ungkapan yang hidup selamanya. Sesuai legenda lain, Valentine jatuh cinta dengan putri sipir penjara selama penahanannya. Namun, legenda ini tidak diberi apresiasi begitu penting oleh para sejarawan. Cerita yang paling masuk akal sekitar St Valentine adalah salah satu tidak berpusat pada Eros (cinta kasih) tetapi pada agape (cinta Kristen): ia menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agamanya. Valentine diyakini telah dieksekusi pada tanggal 14 Februari 270 Masehi.
Pesan yang ditulis St. Valentine kepada putri Asterius inilah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara Kaisar Claudius II dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Histori Kelima :
Pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis Normandia, terdapat kata “Galentine” yang yang mempunyai arti “galant atau cinta”. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidup ditempatkan pada tanggal 14 Februari.
Dengan berkembangnya zaman, seorang “martyr” bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya (jauh dari arti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado (bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment (hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merusak akidah muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan (bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

Amirul Ulum

Rabu, 01 Januari 2014

Review Buku Penjaja Cerita Cinta





Judul         : Penjaja cerita Cinta
Penulis      : @edi_akhiles
Penerbit    : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1 : Desember 2013
Tebal         : 192 Halaman

Ada Yang Tertinggal di #Penjaja Cerita Cinta

Salam…@edi_akhiles

Namamu masuk dalam Angkatan Sastra 2002. Kemudian pada tahun 2013, dirimu dianugerahi Pegiat Sastra Indonesia 2013. Serta, dirimu menjadi Rektor #KampusFiksi. Seabrek prestasi yang luar biasa, yang membutuhkan kerja keras yang lebih untuk menggapainya.

@edi_akhiles, saya sudah membaca dua karya Anda sebanyak dua kali. Pertama, Silabus Menulis Fiksi. Kedua, #Penjaja Cerita Cinta. Kedua karya #digdaya* ini menurut pengamatan saya saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Yang pertama tentang sebuah teori atau konsep alam fiksi. Dan, yang kedua tentang implementasinya.

Saya tidak akan mengkritisi semua cerpen yang ada dalam buku #Penjaja Cerita Cinta yang berjumlah 15 cerpen. Saya juga tidak akan memujinya semua. Semua itu membutuhkan keahlian yang spesifik.. Saya bukan @edi_akhiles. Saya bukan sastrawan yang setara dengan @edi_akhiles. Saya jauh di bawahnya. Saya bukan A.S. Laksana, A.G. Pramono, dan bukan Mustofa Bisri. Saya hanyalah cerpenis pesantren yang cerpennya nampang di majalah dinding pesantren. Padahal untuk menjustifikasi karya seseorang dibutuhkan keahlihan lebih. Paling tidak sama dalam masalah keilmuan. Namun, saya di sini hanya sebagai komentator atas apa yang saya baca di #Penjaja Cerita Cinta.  Sekali lagi, ini hanyalah kesimpulan pribadi saya yang menganggap @edi_akhiles bukanlah manusia yang sempurna atas karyanya.

Saya yakin sudah banyak penulis dan pembaca yang memuji buku #Penjaja Cerita Cinta. Termasuk saya pribadi sangat mengaguminya. Terlebih cerpen yang pertama yang dijadikan sebagai judul bukunya. Seandainya tidak cermat, niscaya semua pembaca akan tersihir dengan bahasanya yang puistis dan bermakna. Kata-katanya bak Syaikh Nizami ketika menulis kisah Laila dan Majnun yang membuat pembaca enggan untuk menaruh buku itu kecuali rampung dibacanya.

Menurut pengamatan saya pribadi, kata fee-mu dan mini dress, ini terlalu lebay jika diterapkan dalam cerpen Penjaja Cerita Cinta. Kedua baksil ini dapat mempengaruhi logika ceritanya.

Terus yang mengganjal  di benak fikiran saya di #Penjaja Cerita Cinta adalah pada cerpen “Abah, I Love You” dan “Si X, Si X And God”. Mungkin kalau sekedar dinikmati ceritanya dan teknik menulisnya, Oke, kedua cerpen tersebut sangat lezat sekali. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari keduanya. Namun, kalau disensor dari konsep Silabus Menulis Fiksi sangat bertentangan. Di Silabus Menulis Fiksi, @edi_akhiles  menulis, “Kombinasikan keduanya secara proporsional ya. Terlalu banyak narasi, apalagi panjang-panjang kayak rel kereta Thomas, tentu akan membuat pembaca bosan. Terlalu dominan dialog, apalagi dialog-dialog yang nggak penting, tentu akan membuat pembaca meyakinimu bahwa kamu lebih rewel dan cerewet dari Omas.”

Untuk cerpen Abah, I Love You, isinya 98% narasi. Sedangkan, untuk yang Si X, Si X And God isinya dialog semua. Jelas dari kedua cerpen ini, @edi_akhiles tidaklah konsisten dalam mengimplementasikan konsep yang telah dibuatnya sendiri di buku Silabus Menulis Fiksi.  Hal ini perlu introspeksi diri yang lebih mendalam.

@edi_akhiles tetaplah @edi_akhiles. Banyak kelebihan yang dimilikinya dalam menulis fiksi. Garam pengalamannya untuk menjadi pegiat literasi sangatlah banyak sekali. Butuh 700 cerpen untuk membabat alas cerpenisnya. Ilmumu telah masuk ke dalam diri saya meskipun hanya sekejap ketika di #KampusFiksi Semarang. Guru tetaplah guru meskipun cuma mengajarkan satu huruf. Itulah yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib. Murid tidak pantas mengkritik gurunya, karena ilmu saya tidaklah sebanding dengan Muhammad bin Abdul Malik ketika mengkritisi Al-Fiyah milik gurunya, Syaikh Ibnu Mu’thi. Toh, ketika dikritisi, Imam Ibnu Malik masih mendapat teguran. Sekali lagi, mengkritik itu mudah. Semoga..

Salam…. untukmu Ustadz @edi_akhiles

Sarang, 1 Januari 2014

Selasa, 11 Juni 2013

SINOPSIS NOVEL “DI BAWAH NAUNGAN KA’BAH”




Novel ini menceritakan tentang kisah cinta dua insani antara putra ulama karismatik dengan putri pastur. Namanya Abdullah Abbas (Gus Abbas) dan Eka Kristin Elisabet. Sebelum bertemu, keduanya ditimpa suatu ujian yang sangat berat. Ujian yang mengantarkan akan arti dari sebuah makna kehidupan yang harus dijalani oleh seorang hamba yang ingin memperoleh derajat yang lebih tinggi.

Mulanya, Gus Abbas ingin dijodohkan dengan Neng Nihayatus Sa’adah (Neng Neha) putri Kiai Faruq yang merupakan salah satu ulama terkemuka yang merupakan teman abahnya (Kiai Zaen). Namun, perjodohan itu ditolak oleh Gus Abbas, sebab Neng Neha sudah dicintai terlebih dahulu oleh Kang Hasan (teman Gus Abbas). Ia tidak mau menyakiti hati saudaranya tersebut. Kepetusan ini ia ambil dengan beberapa pertimbangan yang diklimakan dengan meminta petunjuk dari Allah. Ia siap dengan segala resiko yang nantinya akan timbul.

Sebenarnya keputusan ini berat dan pahit. Namun, harus dilakukan demi menjaga perasaan Kang Hasan. Gus Abbas memasrahkan semua yang ia lakukan kepada Allah. Allah lebih mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya dengan penolakan perjodohan tersebut. Ibunya Gus Abbas (Ummi Istiqomah) kecewa dengan keputusannya yang menolak perjodohannya dengan Neng Neha. Ummi Istiqomah ingin Neng Neha menjadi menantunya. Baginya, Neng Neha adalah gadis yang baik dan layak untuk mendampinginya. Namun, ada juga yang mengerti akan sikap bijak yang dilakukan oleh Gus Abbas, seperti Kiai Zaen. Abahnya ini mengerti betul sikap putranya sejak kecil yang tidak pernah menyakiti kedua orang tuanya. Ia berfirasat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kondisi putranya. Dalam masalah ini, Kiai Zaen mempunyai suatu keyakinan yang kuat bahwa semua keputusan Gus Abbas ini sudah dilakukan dengan fikiran yang matang dan penuh pertimbangan.

Akibat dari penolakan perjodohan ini, Ummi Istiqomah marah terhadap Gus Abbas. Sementara Neng Neha kabur dari rumah untuk beberapa hari karena merasa tersakiti. Ia menginap di rumahnya Ukhti Hasanah yang merupakan teman sekuliahnya di IAIN. Namun, setelah ia mendapatkan nasehat dari Ukhti Hasanah, hatinya menjadi lunak, dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya lagi. Ia akan melupakan Gus Abbas orang yang pernah dicintainya dan akan membuka lembaran baru dengan Kang Hasan yang dipilih oleh Kiai Faruq sebagai pengganti Gus Abbas. Kang Hasan ini adalah muridnya Kiai Faruq sendiri, karena ia pernah mondok di pesantrennya Kiai Faruq. Adapun mengenai kemarahan Ummi Istiqomah, akhirnya ia menyadari akan tindakannya yang telah memaksa Gus Abbas untuk cepat-cepat menikah. Akhirnya ia  menyerahkan masalah gadis yang akan mendampingi Gus Abbas kepada Gus Abbas sendiri. Karena masih banyak tugas Gus Abbas agar ia bisa seperti yang diinginkan oleh abahnya.

Dengan perasaan yang berat, Gus Abbas harus menghadiri pernikahan Kang Hasan dan Neng Neha. Sebenarnya ia tidak punya keinginan untuk hadir, tapi ia tidak tega melihat temannya yang sedang dalam kebahagiaan harus ditinggalkan dalam acara pentingnya. Gus Abbas hadir dengan membawa raut muka yang menampakan rasa senang dan bahagia. Namun, sebenarnya hatinya bersedih.

Segala perbuatan manusia itu sudah diatur oleh Allah. Semuanya ada hikmah yang terkandung di dalamnya, baik yang sudah diketahui manusia atau yang belum. Konsep inilah yang dipegang oleh Gus Abbas. Ia tidak mau larut dalam kesedihan yang hanya akan menjadikan dirinya rugi. Ia berusaha untuk mengisi waktunya dengan hal kebaikan sebagaimana Kiai Zaen. Sesuatu yang hilang apabila diserahkan kepada Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan perkara yang lebih baik. Ia ingin mencari pengalaman terlebih dahulu sebagaimana yang telah diperintahkan oleh abahnya, sebab nantinya ia akan menggantikan posisi abahnya untuk menjadi seorang kiai. Meskipun kalau dilihat, keilmuan Gus Abbas bila dibandingkan dengan abahnya masih sangatlah jauh sekali. Selain abahnya itu lama mondoknya bila dibandingkan dengan Gus Abbas, ia juga seorang ulama cerdas yang sudah sudah diakui keilmuannya oleh sederetan ulama nusantara. Bahkan kealiman abahnya Gus Abbas ini sudah diakui oleh ulama Haramain (Makkah dan Madinah) ketika ia masih mondok di sana.

Dengan sikap pasrahnya kepada Allah, akhirnya Gus Abbas dapat menemukan jawabannya ketika ia menikah dengan Kristin. Kristin adalah seorang penganut Nasrani yang menjadi muslimah sebab jasanya Gus Abbas.

Mulanya Kristin adalah gadis yang selalu terzalimi. Suatu ketika, ia ingin dizalimi oleh Andre yang ingin merenggut kehormatannya. Namun, nafsu bejatnya Andre tersebut tidak sampai terjadi sebab ada Gus Abbas yang telah menolongnya terlebih dahulu. Waktu itu, Gus Abbas sedang bepergian untuk menjalankan tugas dari abahnya untuk menghadiri diskusi agama sebab abahnya ini ada urusan yang lebih penting, yaitu rapat ICIS (International Conference of Islamic Scholars). Ia ditemani oleh ketiga santrinya yang salah satunya menjadi sopirnya.

Dalam menyelamatkan kehormatan Kristin, Gus Abbas harus menderita luka sebab tusukan pisau Andre. Hampir saja kehormatan gadis itu terenggut sebab pakaiannya sudah koyak. Namun Allah mentakdirkan gadis ini selamat lantaran jasa Gus Abbas. Aurat Kristin yang terlihat ditutup dengan kerudung milik Ummi Istiqomah yang tertinggal di mobilnya. Sebab, mobil yang digunakan oleh Gus Abbas ini adalah mobil yang biasa digunakan umminya untuk mengisi suatu pengajian. Kerudung itu lumayan besar dan cukup untuk menutup aurat Kristin.

Gus Abbas kaget ternyata orang yang ia tolong adalah penganut Nasrani. Hal ini ia ketahui setelah melihat kartu identitas Kristin. Ia berusaha untuk menghindar dari gadis tersebut, meskipun sebenarnya hatinya ada rasa. Pertemuan ini kalau sampai terdengar orang banyak hanya akan menjadi fitnah besar. Rasa yang baru tumbuh itu ia kubur sedalam-dalamnya, sebab tercuma saja, pernikahan antara pemuda Islam dan gadis Kristen tidak dibenarkan oleh agama Islam.

Perasaan cinta juga dialami oleh Kristin. Bahkan rasa cintanya melebihi yang dialami Gus Abbas. Cinta Kristin belum pernah tumbuh kepada seorang lelaki kecuali dengan Gus Abbas yang telah menolongnya. Kristin memang gadis yang taat beragama yang waktunya selalu diisi dengan ibadah dan untuk belajar serta melakukan hal-hal yang baik yang telah diajarkan oleh ayah dan ibunya. Ia ingin sekali cintanya dapat diterima oleh Gus Abbas.

Gus Abbas menolak cinta Kristin dengan alasan perbedaan agama. Dan juga, ia menolak cinta Kristin ketika ia masuk Islam hanya karena mencintainya. Dengan sikap Gus Abbas yang tegas ini, akhirnya Kristin menyadari akan dirinya. Akhirnya, ia mempelajari Islam sedalam-dalamnya dengan penuh keikhlasan hingga mencapai jati dirinya. Setelah itu, ia tidak mau dikatakan bahwa ia masuk Islam karena cinta, meskipun awalnya seperti itu. Ia mengatakan kepada Gus Abbas bahwa Islamnya timbul karena ilmu dan hidayah Allah bukan karena cinta. Akhirnya, cinta Kristin diterima oleh Gus Abbas.

Perjalan Kristin dalam detik-detik menuju hidayah Allah sungguh sangatlah berat sekali. Ketika itu, ayahnya meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan. Kemudian disusul ibunya yang dibunuh oleh anak buah Andre, sebab ia merasa kecewa dengan sikap Kristin terhadapnya saat acara pemakaman ayahnya yang dinilai telah mempermalukannya di depan umum. Sebenarnya yang menjadi incaran utama adalah Kristin, namun di waktu itu Kristin sedang tidak ada di rumah sehingga yang terkena imbasnya adalah ibunya.

Setelah kematian ayah dan ibunya Kristin, ujiannya tidak berhenti sampai di situ. Ujian berat itu ia terima lagi saat ia belajar Islam di Pesantren Al-Kautsar yang diasuh oleh Kiai Abdurrahman yang masih ada kerabat dengan keluarganya Gus Abbas. Ujian yang menerpa Kristin adalah masalah bandul salib yang masih mengikat dengan kalungnya. Liontin itu ia dapatkan dari pemberian ibunya yang didapatkan ayahnya dari Vatikan. Masalah bandul salib ini tidak sengaja telah diketahui oleh Neng Wulan yang merupakan gadis yang merasa tersaingi posisinya semenjak kedatangan Kristin di Pesantren Al-Kautsar.

Dengan adanya bandul salib yang dilihat oleh Neng Wulan, hal membuka peluang kesempatan baginya untuk menjatuhkan Kristin di hadapan pengasuh pesantren agar ia dikeluarkan dari Pesantren Al-Kautsar. Sebab, tindakan Kristin ini dinilai dapat menjadikan dirinya murtad dari agama Islam jika hal itu disengaja ingin tasyabuh (menyerupai) dengan orang kafir dan berlandaskan karena mail (condong) dengan bandul salib tersebut.

Ummi Maghfirah, istri Kiai Abdurrahman menilai tindakan Kristin ini adalah menjadikan dirinya murtad. Dengan tergesa-gesa kata kafirah keluar dari mulutnya untuk Kristin. Kristin menangis dengan tuduhan yang tergesa-gesa tersebut tanpa diselidiki terlebih dahulu motif mengapa ia memakai bandul tersebut. Ia memakai bandul tersebut tidak mempunyai niatan apa-apa kecuali kalung tersebut mengandung sebuah kenangan yang bermakna dengan ibunya. Selain itu, ia juga tidak mengetahui kalau memakai kalung tersebut merupakan suatu larangan karena ia merupakan muallaf yang masih awan dengan ajaran Islam.

Dengan penuh kemarahan, Ummi Magfirah mengeluarkan Kristin dari Pesantren Al-Kautsar. Ia tidak ingin pesantrennya dikotori oleh Kristin. Waktu itu, itu Kiai Abdurrahman sedang tidak ada di rumah karena ia mengisi pengajian di Jakarta. Seandainya ia ada di rumah, niscaya masalah ini akan diselesaikannya dengan kepala dingin tanpa tergesa-gesa. Sebab masalah ini ada kaitannya dengan tauhid seseorang. Jadi, tidak boleh serampangan dalam memutuskannya.

Usai Kristin mendapatkan ujian dikeluarkan dari Pesantren Al-Kautsar, ia mendapatkan ujian lagi. Yaitu, ketika ia hendak pulang, ia telah diculik anak buah Andre yang telah memata-matainya sejak beberapa lama. Mereka menunggu kesempatan emas untuk menculiknya. Dengan menculik Kristin, Andre telah menjanjikan uang yang banyak jika berhasil.

Ketika Kristin diculik dari Pesantren Al-Kautsar, hal itu telah diketahui oleh Gus Abbas yang di waktu itu ingin bersilaturrahim di kediaman Kiai Abdurrahman. Sehingga, dengan cekatan ia berusaha untuk menolongnya. Awalnya, ia tidak mengetahui kalau santri putri yang diculik tersebut adalah Kristin. Sebab, setelah masuk Islam, nama Kristin diubah menjadi Fatimatuz Zahro.

Dengan penuh perjuangan Gus Abbas telah menyelamatkan Kristin. Meskipun tindakannya ini telah mendapat kecaman dari Ummi Magfirah yang merasa menyelamatkan gadis murtad itu tidak ada gunanya. Akan tetapi, Gus Abbas tidak langsung termakan oleh apa yang telah disampaikan oleh Ummi Magfirah.

Akhirnya, kesalah fahaman mengenai bandul salib yang dipakai Kristin dapat terselesaikan ketika Kiai Abdurrahman sudah kembali di kediamannya. Kristin dinyatakan tidak bersalah dan diperbolehkan untuk belajar di pesantren Al-Kautsar lagi.

Setelah menempuh perjalan yang penjang untuk melamar Kristin, Kiai Zaen mengemukakan suatu wasiat dari gurunya, Syaikh Diyauddin Makkah agar putranya dinikahkan setelah melaksanakan ibadah haji atau umrah. Pernyataan ini diperkuat oleh Syaikh Abdurrauf dengan perintah hendaknya pernikahan dilaksanakan usai mengelilingi Ka’bah.Yang akhirnya, atas usul Syaikh Abdurrauf, Gus Abbas dan Kristin menikah di kota suci Makkah seusai thawaf, mengelilingi Ka’bah.

Keywords : Love. Religion Scholl For Moslem. And pilgrim to Makkah.